Thursday 9 July 2020

Preggo Story: Janji Tuhan Nyata! Bayi Sungsang berubah Posisi

6 September 2019

Hari ini saya dan Mas Zack, suami saya, datang ke Klinik Kita bukan untuk kontrol, melainkan untuk secara khusus meminta rujukan ke RS. Kenapa baru hari ini, bukan di minggu lalu bersamaan ketika kontrol ke dokter? Karena BPJS saya baru aktif hari ini. Sekalian saya mau mencoba berobat menggunakan fasilitas BPJS untuk pertama kalinya. (Sebelum-sebelumnya saya selalu menggunakan biaya pribadi.)

Dalam seminggu ini saya sudah mencoba berikhtiar dan berdoa semampu saya. Dan hari ini--pada usia kehamilan ke 37 minggu--adalah penentuan, bisa atau tidaknya saya melahirkan secara normal. Saya dan Mas Zack sudah jauh lebih ikhlas, bahkan jika memang harus menempuh jalur operasi caesar. Toh operasi juga salah satu proses melahirkan, yang penting bayi kami sehat dan lahir dalam kondisi terbaik, begitu pikir kami.

Setelah mendapat rujukan, sore itu juga kami ke RSIA Bunda Aliyah Depok. Salah satu rumah sakit rujukan yang direkomendasikan oleh klinik karena fasilitasnya yang lengkap. Saya sudah melakukan pencarian mengenai RS tersebut dan menemukan dokter perempuan yang saya rasa cocok, jika melihat banyaknya review positif di internet. Ia adalah dr. Maria Ulfa, Sp.Og.

***

Singkat cerita, masuk ke ruang dokter, beliau membuka pembicaraan,

"Ini dirujuk kenapa, Mbak?"

"Ini, Dok... Posisi bayinya bokong di bawah."

"Oh, sungsang. Coba kita lihat dulu, yuk," ajak dr. Maria sambil mempersilakan saya berbaring di tempat tidur.

Pembawaan dr. Maria terlihat sangat santai, tidak ada raut atau intonasi yang membuat saya semakin khawatir. Dan tak sampai lima menit beliau menempelkan alat USG ke perut saya, satu kalimat yang membuat saya langsung ingin sujud syukur pun beliau ucapkan.

"Lho, ini kepalanya di bawah kok..."

"HAH? Iyakah, Dok? Beneran?" tanya saya terkejut.

"Iya. Sus, coba liat deh, ini kepala kan?" tanya beliau kepada suster yang berada di ruangan.

Saya dan Mas Zack hanya bisa berpandangan, mata saya berkaca-kaca.

"Masya Allah. Alhamdulillah..."

Entah keajaiban apa yang terjadi. Seminggu lalu terakhir saya kontrol,  kepala bayinya posisi di bawah, dan sekarang, seminggu kemudian, bayi saya telah menemukan posisi terbaiknya. Allah sungguh Maha Kuasa. Terima kasih ya, Nak.

"Masih 37 minggu kan? Masih ada waktu, lahiran normal aja," tambah dr. Maria yang alhamdulillah ternyata memang pro-normal.

Di titik itu saya merasakan bahwa Allah begitu dekat. DIA mendengar dan mendampingi saya di setiap langkah. Namun mengapa sebagai manusia saya sering meragukan janji-Nya?

Kami pun pulang dengan langkah yang terasa sangat ringan. Seakan satu mimpi buruk berhasil terlewati. Beban kami berkurang satu, kini tinggal berdoa dan berikhtiar untuk proses persalinan normal yang aman juga nyaman. Bismillah.

***

Di sini saya juga ingin membagikan apa saja upaya yang saya coba dalam seminggu setelah didiagnosis sungsang. Meskipun saya tidak tahu pasti langkah mana yang berhasil, di hari ke berapa bayinya berputar, dan tentu tak luput dari kuasa Tuhan, namun semoga membantu para bunda yang sedang menghadapi tantangan yang sama.

1. Bersujud yang lama
Ketika sholat dan setiap habis sholat, saya selalu meluangkan waktu untuk bersujud cukup lama. Namun tidak usah dipaksakan langsung lama, sekuatnya saja, yang penting konsisten. 10-15 menit cukup.

Sedikit cerita, memasuki usia kehamilan minggu ke-36, saya sering sekali terbangun (atau lebih tepatnya "merasa dibangunkan") tiba-tiba di tepat pukul 02.00 atau 03.00 dini hari. Awalnya terbangun karena diare, namun setelahnya tidak ada alasan khusus. Jadi saya memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan sholat malam dan bersujud semampu saya. Dalam sujud, saya sambil berdoa dan berserah diri pada Allah.

2.  Melakukan posisi dan gerakan yoga untuk mengoptimalkan posisi bayi
Ada keajaiban juga sebelum saya melakukan yoga ini. Di saat saya sedang down dengan kemungkinan akan melahirkan caesar, tiba-tiba muncul post bidan Jamilatus Sadiyah (@jamilatussadiyah) di timeline Instagram saya. Post itu berupa cuplikan video tentang penjelasan posisi bayi yang optimal. Berikut videonya:


Di situ saya merasa bahwa Allah sedang memberi saya petunjuk. Menggugah saya untuk bangkit dan nggak menyerah.

Maka saya langsung melakukan pencarian di YouTube.


Dan ini adalah beberapa video yang saya jadikan referensi untuk gerakan dan tips memutar bayi sungsang:




3. Menerapkan afirmasi positif dan ajak bayi berinteraksi
Percayakah Bunda, bahwa bayi di dalam perut sudah bisa mendengar dan merespon interaksi dari kita? Saya sangat percaya hal itu. 

Tidak akan Allah berikan masalah lebih besar dari yang bisa kita pikul. Dan Allah menjanjikan akhir yang indah untuk hambanya yang ikhlas dan bersabar.

Selamat berjuang, Bunda yang hendak memasuki fase kehidupan baru. Apapun hasil akhirnya, bagaimanapun proses lahirnya, kita harus tetap syukuri. Karena Allah Maha Tahu yang terbaik. Dan selama Bunda dan si bayi sehat, that is all that matters! 

Tuesday 3 September 2019

Preggo Story: Bayi Sungsang dan Komentar Orang

Pagi ini saya bangun dengan kepala sedikit berat. Malam tadi, saya baru bisa terlelap setelah pukul 3 pagi, setelah sebelumnya menangis sulit berhenti.
Telepon masuk dari mama, seolah bisa merasakan kegelisahan anaknya dari jauh.

"Gimana kondisi bayinya, Nak?"

"Sehat, Ma. Tapi... ya... terakhir USG, kepalanya masih di atas..."

Tenggorokan saya tercekat, air mata mulai mengaburkan penglihatan. Rasanya kekuatan baru yang saya pupuk sejak bangun tadi, sirna begitu saja begitu mendengar suara mama.

Memang, sudah dua kali sesi USG dalam dua minggu ini, dokter selalu menyatakan bahwa bayi saya dalam presentasi bokong, atau posisi bokong di bawah. Bahkan dalam sesi USG terakhir, dokter sudah tampak khawatir dan takut mengambil resiko, sehingga menyarankan saya untuk dirujuk ke RS dan dijadwalkan operasi caesar karena kondisi bayi yang sudah masuk minggu ke-36.

Hasil USG 4D janin saya di minggu 29

Friday 23 February 2018

I Had A Sister at School

Kalau lagi sendirian, atau melakukan sesuatu yang monoton, pasti biasanya otomatis otak udah lari ke mana-mana. "Lari ke mana-mana" dalam artian kepikiran hal-hal yang ngga semestinya dipikirin kayak,

"Wait, waktu hari Senin ada kejadian X kan ya. Terus kenapa saya bereaksi begitu ya? Seandainya saya merespon dengan cara lain seperti A B C D, kira-kira apa yang bakal terjadi ya?"

Atau tiba-tiba keinget memori random yang udah lama banget. Kayak barusan, tiba-tiba keinget momen dulu waktu kelas 1 SMA. Iya, otak langsung memvisualisasikan suasana di sebuah sekolah negeri di Jakarta, lingkungan yang hanya saya rasakan 1 tahun.

Tiba-tiba keinget dulu ada seorang kakak kelas 3 perempuan yang super-baik. I remember this sentence of hers that time,

"Kamu mau nggak jadi adek aku di sekolah?"

Thursday 5 October 2017

4 Perfect Moments Versi Kanya di Launching VIVO V7+

Sebagai kawula muda slash netizen yang agak kekinian, saya termasuk salah satu dari banyak orang yang seneng banget mengabadikan momen dalam bentuk visual. Capture sana, capture sini. Shoot sana, shoot sini. Mungkin karena saya desainer juga kali ya, jadi merhatiin detil apa-apa yang ditangkep mata. Apalagi sekarang lagi zaman bikin feed Instagram yang rapi gitu, jadi selain momen yang perfect, gimana caranya saya juga harus mikir cara dapetin gambar yang visually perfect (for the feed). Alhasil ke mana-mana wajib bawa kamera yang bikin tas jadi menggembung segembung pipi saya.

Minggu lalu kebetulan dapet invitation buat hadir di acara grand launch VIVO V7+. Ini pertama kalinya seumur hidup saya dateng ke acara grand launch produk, and I was super excited!

Kayak apa sih acara grand launch VIVO V7+ yang rame dibicarain sampe sempet jadi Trending Topic di Twitter itu? If you wonder how it was like, di sini saya mau rangkum semua perfect moments yang berkesan buat saya. Check it out!

Friday 22 September 2017

Against The Current Live in Indonesia: Sound System Problem?!

Been a fan of Against The Current since years ago, I forgot what year exactly, since they were still a YouTube-cover-musician. I first knew Chrissy Costanza (the vocalist) from her collaboration with Kurt Hugo Schneider and Alex Goot. She was very young (and little) back then. A small girl with big scream! Haha. Love it, though.

This was one of my favorite video covers of the 18 years-old-Chrissy (4 years ago):


But my admiration to Chrissy and Against The Current got deeper since I first found out their biggest hit single, Gravity (2015). I then listened to their other original songs from Infinity EP, Gravity EP and finally... IN OUR BONES ALBUM (2016)!

Their pop-rock genre is actually a bit not mainstream for a person like me, who always listen to Disneys, orchestras or sometimes anime soundtracks. It is the energy, the fire within their songs which burn something inside me, and kept my head up through hard times. So, when they announced their "In Our Bones Tour"to Indonesia, I was like... I NEED TO BUY THE TICKET. PERIOD.


So there I was. MS Hall, Jakarta. Front row. September 17, 2017.

Sunday 26 March 2017

How Does It Feel to Be An Outsider?

It's been a long time since the last time I wrote here. Well, 4 months ago, and it was my ONLY post in 2016 and blah blah blah blah blah whatsoever. Intinya, HEY, NICE TO SEE YOU AGAIN, BLOG! :)

Kehidupan dan segala macam kesibukan yang membuatnya berarti sudah membawa saya jauh sekali dari dunia per-blog-an. Ya, sekilas cerita mengenai salah satu hal yang membuat saya very bizzzzi belakangan ini sudah sempat dijelaskan di post sebelumnya ya. Please kindly take a time to read it if you're curious.

Saya rasa saya udah nggak jago buat ngelucu (or let's call it "ngegaring") di blog lagi. Bahkan menulis serius pun saya ragu masih inget caranya. But thanks God, saya masih inget cara menulis dengan EYD dan tanda baca yang benar. Hahaha.

---

Barusan sekali, saya menemukan tulisan menarik di salah satu blog lama saya. (Yes, I had several blogs in different platforms for different purposes. What a neatly planned social media person, ain't I?) Tulisan yang saya tulis 3 tahun lalu dengan judul "Apakah Menjadi Populer Menyenangkan?". Whoops, too big. Sorry not sorry.

Kalau kalian melihat saya sekarang dan melabeli saya dengan embel-embel "hits", "populer", "artis" atau apapun itu, kalian perlu membaca tulisan saya tersebut. Tulisan itu menjelaskan sekali seperti apa saya tiga tahun yang lalu dan, jika mau flashback lebih jauh, ketika SMA dulu.

Kalau beberapa dari kalian pernah punya perasaan "berbeda", "dipandang berbeda" atau bahkan "entah kenapa meskipun sudah berusaha menjadi normal tetap saja tidak bisa seperti mereka", hey, you're not the only one who think that!

Outsider. (c) Me.

Monday 7 November 2016

Festival Dongeng Internasional di Indonesia?


Benar!
Tentu saja Festival Dongeng Internasional Indonesia!

Ha ha ha ha ha.
*maksa*


Tahun 2016 ini baru pertama kalinya saya ikut Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) dan langsung dipercaya untuk jadi salah satu dari tim pendongeng lokal, satu hal yang saya pikirkan: saya harus menampilkan yang terbaik! Melihat konsep dan cerita kakak-kakak tim pendongeng sempat membuat saya gugup dan meragukan kemampuan sendiri. Tapi akhirnya Echa dan saya, dalam format duo Sarang Cerita, berlatih dengan giat supaya bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...