Benar!
Tentu saja Festival Dongeng Internasional Indonesia!
Ha ha ha ha ha.
*maksa*
Tahun 2016 ini baru pertama kalinya saya ikut Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) dan langsung dipercaya untuk jadi salah satu dari tim pendongeng lokal, satu hal yang saya pikirkan: saya harus menampilkan yang terbaik! Melihat konsep dan cerita kakak-kakak tim pendongeng sempat membuat saya gugup dan meragukan kemampuan sendiri. Tapi akhirnya Echa dan saya, dalam format duo Sarang Cerita, berlatih dengan giat supaya bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
Pose Sarang Cerita di episode YouTube: "Ke Mana Perginya Lili Si Ulat?" (Klik!) |
Sampai akhirnya H-seminggu dan kondisi
fisik saya tiba-tiba drop.
Saya masuk rumah sakit.
Semua panik. Echa sebagai partner dongeng terutama. Saya pun.
“Kenapa harus di H-seminggu sih?”
keluh saya berkali-kali.
Tapi nggak ada jalan lain, the show must go on. Saya pun berjuang
keras agar segera membaik dalam kurun waktu kurang dari seminggu, supaya saya
diperbolehkan pulang dan orang tua memercayai saya untuk tetap pentas di FDII.
Walaupun menurut untuk dirawat di
rumah sakit, pikiran saya selalu tertuju ke FDII, banyak hal yang saya pikirkan
dari konsep dongeng yang mau dibawakan hingga…
Belum nyari pre-amp gitar sementara saya malah terbaring di
rumah sakit?!
(Iya, gitar saya belum ada
pre-amp-nya. Sedih ya. –red)
(–red oxon.)
(Yha.)
Belum nyiapin baju pula!
Orang tua saya menenangkan dan
bilang kalau saya banyak beban pikiran, malah justru nggak akan membuat tubuh
saya cepat membaik. Untung partner
saya baik hati, Echa mau dibagi pikiran-pikiran yang nggak bisa saya selesaikan dan bantu mengerjakannya, seperti
berusaha mencari pre-amp, misalnya. (Dan akhirnya pas perform dipinjemin gitar Kak Embong. Thanks, Kak. You saved my
life! Eh, my performance ding.)
Kalau ada orang yang cukup nekat
demam-demam masih tetep ngotot untuk perform,
ya, itu saya. Latihan pun kami lakukan di rumah sakit. Mencuri-curi waktu di saat perawat dan dokter sedang tidak berkunjung ke kamar. Meskipun ternyata belum bisa
bermain gitar karena tangan masih lemas dan diinfus, tapi saya memaksa tubuh untuk
belajar berdiri dan berjalan normal sambil mempraktekkan gerakan saat
mendongeng.
“Kamu yakin kuat buat perform di
FDII?” Pertanyaan-pertanyaan sejenis muncul dari orang-orang terdekat.
“Insya Allah. Kita coba aja dulu.”
Dan ternyata benar. Antusiasme serta
energi positif teman-teman storyteller,
teman-teman volunteer, audiens dan
semua orang pada hari H FDII membuat saya mendadak (merasa) sehat. Semua perjuangan
terbayar lunas melihat senyum semua orang yang tulus bahagia. Rasa sakit
menjadi bukan apa-apa lagi.
Dongeng tentang "Kuku Si Kucing Berani Tidur Sendiri" di Taman Cerita. |
Panggung utama. "Timun Mas, lari, Timun Mas, lari, Timun Mas!" seru adik-adik sambil melagu. |
Interview Sarang Cerita dengan Kanal Dongeng KPK. |
Selama 2 hari saya belajar banyak
dari teman-teman pendongeng lokal maupun mancanegara yang menginspirasi. Terutama
Mz Craig Jenkins idolaqu. Uwuwuw.
Juga teman-teman sukarelawan
komunitas Ayo Dongeng Indonesia yang luar biasa, tak kenal lelah terus berjuang
membahagiakan semua orang tanpa kecuali.
Terima kasih sudah mengingatkan
saya bagaimana rasanya kembali menjadi anak-anak, di mana bahagia itu
sederhana, dan bagaimana berbuat baik itu mudah (dan memang sebenarnya
sesederhana dan semudah itu, hanya kita saja yang lupa seiring beranjak
dewasa!). Sadar atau tidak, hal kecil yang kita lakukan dua hari ini akan melekat
di pikiran teman-teman cilik kita sampai mereka dewasa lho.
FDII 2016 menyisakan apron ini bersama ratusan kilas balik yang menyertainya. |
Eaaaa di-zoom tetep bagian Craig Jenkins ya, Ibuk... *toyor diri sendiri* |
Kalau kita punya keinginan yang kuat, dilandasi niat baik, semesta pun akan bergerak untuk membantu mewujudkannya.
No comments:
Post a Comment