Sunday 17 March 2013

Ketidakpastian, Baik atau Buruk?

"Walaupun menakutkan, ketidakpastian itu menenangkan. Mengingatkan bahwa segala hal justru masih mungkin untuk terjadi. Mungkin." -@sarahfzahra



Iya.

Coba artikan ke dalam hal yang positif.

Justru ketidakpastian itu menguntungkan.

Coba kalo semua hal adalah hal yang pasti.

Pasti berakhir buruk, misalnya.

Karena ada ketidakpastian-lah, jadi masih ada kemungkinan keadaan membaik. Iya, kan?


Once I asked my Mom,

"Ma, aku selalu ingin mengasumsikan semua hal sebagai sesuatu yang positif dan akan berakhir positif juga. Tetapi terkadang orang-orang di sekitarku mempengaruhiku. Mereka memberikanku ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan. Apa yang harus aku lakukan?"

She answered,

"Sederhana. Jangan terpengaruh pada sekitarmu. Abaikan. Dan kembalilah pada kepositifan tadi."


Friday 8 March 2013

Architectural Event: "Ruang Empati di Sudut Kampung Kota"


Post ini ditujukan kepada seluruh muda-mudi, mahasiswa-mahasiswi, putra-putri terutama yang berkecimpung dalam dunia Arsitektur. Apabila kamu tidak termasuk di dalamnya, paling nggak kamu bisa share ke temen kamu. Apabila kamu nggak punya temen, paling nggak kamu masih bisa baca post ini. Apabila kamu nggak bisa baca jugak, paling nggak kamu bisa merasakan bahasa kalbu si penulis yang merintih dan tertatih-tatih.

-------

Ruang Empati di Sudut Kota?

Setuju nggak sih temen-temen bahwa kualitas kehidupan warga adalah cermin kehidupan di suatu kota? Tercapai atau nggaknya kualitas tersebut nggak hanya berasal dari warganya saja tapi juga dari pemerintah.

Tetapi, ketika kualitas tersebut nggak bisa dicapai oleh pemerintah, maka warga pun cenderung mencari solusi alternatif demi kesejahteraan mereka. Salah satu wujud aksi mereka adalah dengan munculnya pegiat-pegiat masyarakat yang bergerak bersama membangun kota melalui "jalur lain". Karena membangun kota adalah membangun manusianya, bukan hanya fisik semata. Betul? :)

Negeri kita, Indonesia, sangat khas dengan keberadaan kampung kota (urban villages) yang merupakan sebuah fenomena pemukiman tempat tinggal masyarakat perkotaan.

"Urban villages can play an important role in improving urban livelihoods, but only if they are included in more consolidated urban development, experts say." -The Jakarta Post (20/4/2011)

Namun faktanya, sekarang ini kampung kota tumbuh bersama pembangunan yang bergerak kian cepat dan seringkali nggak seimbang. Lalu muncullah sebuah kalimat: "Apakah dengan desain ruang yang berempati kita bisa turut serta menghidupkan kampung kota?"

Wednesday 6 March 2013

About What I'm Doing Lately

Halo halo halo. It has been months since my last blog update, hasn't it? Ada yang kangen saya? Muehehehe. *dijawab sama cicitan hamster penghuni blog*

Eh? Kamu belum kenalan sama si Hamu? Kenalan dulu dong. Scroll blog saya sampe halaman paling bawah cobak. Jangan lupa kasih makan ya, udah dua bulan ngga ditengok tuh. Udah hampir busung lapar kayaknya. Kasian emang dia ditaro di situ, tapi kalo ditaro di atas nanti bisa-bisa dia mengerat tulisan saya, bahaya...

Dan sesungguhnya ada setumpuk cerita yang mau saya share sejak dua bulan lalu, tetapi karena berbagai macam alasan dan padatnya aktifitas, semuanya tertunda sampai hari ini. Okay, fine. Jadi mumpung hari ini saya masuk siang dan sedang ngga ada tugas (untuk hari ini), ada baiknya juga saya ceritakan sebagian yang menurut saya belum terlalu berlumut untuk diceritakan. Gapapalah sedikit berlumut yang penting tetep imut.


Now, let's talk about what I'm doing lately...*
(*selain kuliah, mengerjakan tugas, makan, minum, tidur, napas, bermain--it's too mainstream already)



1. Belajar Masyaaaak!

Sebagai seorang cewek, sudah selayaknya seseorang bisa menciptakan makanan enak, meskipun hanya dari yang sederhana, bukan? Dan karena hal itulah saya merasa gagal sebagai cewek...

Beberapa bulan yang lalu saya adalah seorang cewek yang cuma bisa masak air, nasi, telor sama indomih (#pengakuandosa). Tapi sekarang enggak dooong. Saya udah mulai sedikit-sedikit belajar masak seperti tempe goreng (biar gosong tetep diosreng), nasi goreng patut, dan beberapa lainnya. Hahahaha. Kanya udah berusaha, tuips :') Tapi nggak semuanya buruk kok, ada beberapa yang berhasil dan lumayan enak. Nih nih nih, saya pamerin hasil-hasil perjuangan saya bergaul sama dapur:




Gapapalah ya norak dikit, namanya juga baru belajar masak. Akakakak. Oiya, foto masakan ikan tongkol balado yang pertama itu masaknya dipandu langsung dan dengan resep khusus oleh chef master paling de best: mbah uti saya. Makanya bentuk dan warnanya juga paling menjanjikan kan? Kapan-kapan saya share resepnya deh. Dijamin enak. Kalo nggak enak, coba bertobat dulu, mungkin kamu pernah pipis di kebun tetangga.


2. Belajar Jadi Cewek Fashion

Nah nah nah, ini salah satu hal yang paling saya cuekin dari dulu. F a s h i o n. Aih, sulitnya kalau udah disuruh milih bajuk atau sepatuk atau tas -____- Selama ini saya beli barang-barang itu selalu dibantu milih sama mama atau malah langsung dikasih lengseran dari mama. Kalaupun pernah saya memilih baju, ya lumayan bagus sih kesukaan saya yang model dress-dress gitu, tapi sayangnya kecintaan saya terhadap warna pink membutakan mata saya. Jadi... Saya hampir nggak pernah melihat suatu barang dari segi kualitas atau harga atau merek, sejauh itu warna pink, everything IS FINE! HAHAHAHA.

Tapi, okelah, saya sadar saya nggak mungkin lagi memenuhi lemari saya dengan warna pink aja. Kanya harus move on dari warna pink! :( Belakangan ini, saya mulai belajar sedikit-sedikit menyesuaikan diri dengan warna-warna lain. Selain itu juga mulai memperhatikan apa yang saya pakai setiap harinya, nggak asal "comot" dari lemari. Dan inilah hasil pembelajaran saya selama liburan semester kemarin, dipandu oleh fashion master paling de best: mama saya. Mama memang paling jago bikin anaknya jadi cantik :')

Outfit for hanging out 1
Fashion & make up by Mom.
Outfit for wedding party
Fashion by Mom, make up by me.
Outfit for hanging out 2
Fashion & make up by me.
Outfit for orchestra concert
Fashion & make up by me.
Make up yang saya tulis di sini bukan make up tebel seperti tante-tante yang kalian bayangkan loh ya. Di acara-acara tertentu seperti acara formal dan semi-formal saya pakai sedikit eye shadow, bedak dan lip stick natural. Tetapi kalau untuk acara non-formal kayak cuma jalan sama temen-temen geng(ges) ya I just put a very slight face powder and lip gloss. Simpel kan? Untuk fashion juga ngga perlu yang mahal, kalau kita pinter nge-mix and match barang-barang lama yang kita punya, hasilnya juga bisa jadi bagus dan ngga membosankan loh. Karena cantik dan fashionable itu ngga mesti mahal, tuips ;) #padahaljugabarubelajar #sotoybinsoimah


3. Rekaman buat Sonklod

Yang satu ini mah ngga usah ditanya lagi ya... Udah jadi kebiasaan dan kebutuhan biologis (?) saya buat nyanyik setiap harinya. Dan begitu ada lagu bagus langsung saya rekam dan aplot ke Sonklod. Kebetulan lagu terakhir yang saya aplot itu lagu kesukaan saya, another Disney's song: "Part of Your World" (OST. The Little Mermaid). Click the play button to boost your mood <3




4. Banyak-Banyak Baca Buku

Saya juga sesungguhnya bukan orang yang suka baca buku. Melakukan sesuatu yang penuh konsentrasi dan statis bikin saya..... ngantuk. Sama halnya dengan mendengarkan penjelasan dan slide dosen di kelas. That's why biasanya kalo di kelas saya ngga pernah bisa cuma diem dan dengerin, pasti seenggaknya saya nulis catetan, selain biar ngga ngantuk juga bisa bikin cepet nangkep. Oke, kembali ke buku. Eheheh. Jadi saya butuh perjuangan untuk bisa mencintai buku. Mulai dari memaksa-maksa diri sendiri baca satu halaman per hari, sampai sekarang punya kesadaran sendiri buat baca buku. Tapi tergantung bukunya juga sih :p

Beberapa minggu terakhir ini saya membaca dua buah buku yang inspiratif dan lumayan membuat ketagihan juga. Pertama, La Tahzan. Buku ini udah cukup lama dikasih papa saya tapi jaraaang sekali saya baca karena sibuk. Nah, baru-baru ini saya penasaran membuka bukunya lagi, dan ternyata banyak keajaiban terjadi sama diri saya. Buku ini ngasih kesadaran yang tinggi akan kehidupan dan segala hal di dalamnya. Sampe-sampe saya nyesel kenapa nggak dari dulu baca buku yang berarti "Jangan Bersedih" dalam bahasa Indonesia ini.

Buku kedua adalah Outliers. Sebenernya juga udah agak lama pinjem buku ini dari temen kos saya, dan pas saya nonton salah satu video di Youtube tentang koleksi buku-buku Maudy Ayunda, buku ini salah satunya yang "nongkrong" di rak bukunya. Penasaran, saya baca lah buku yang seluruhnya berbahasa Inggris ini. Dan ternyata... Saya ketagihan. Setiap keluar kos buat urusan yang sekiranya ada waktu senggang, saya pasti bawa buku ini di tas buat dibaca. Buku ini sangat inspiratif karena menjelaskan mengenai esensi apa yang dimiliki sama orang-orang sukses berdasarkan pengalaman hidupnya.

Cover fesbuk terbaru saya yang difoto dan diedit sendiri. Yuk baca buku! :D


5. Doing Some Projects with Friends

Dalam rangka menikmati masa muda dengan melakukan hal-hal produktif yang menyenangkan, saya memulai beberapa proyek dengan teman-teman saya. Mulai dari yang berhubungan dengan dunia Arsitektur, seperti sayembara (meskipun saya masih cupu, belum berpengalaman di bidang beginian :')) sampai yang ngga ada hubungannya sama sekali dengan bidang saya, tapi berhubungan dengan passion saya. Sekarang baru mulai banget sih, nanti kalau udah ada hasil saya ceritakan lebih lanjut deh ;) 


6. Belajar Jadi Dewasa

Yang terakhir dan yang terpenting dari seluruh rangkaian kegiatan di atas adalah: learn how to act wisely and maturely. Yes, I'm turning 20 soon. Rasanya nggak memuaskan kalau saya tetep merasa nyaman dengan kondisi remaja saya dengan sedikit permasalahan dan banyak keegoisannya. Hahaha. Jadi inilah saatnya saya mencoba lebih banyak hal baru; memasak, fashion, membaca buku, mencari pengalaman dengan proyek-proyek bersama beberapa teman. And it works! I learn a lot and get many more things than what I had before.

Inilah saat-saat di mana seorang gadis harus mulai beranjak menjadi seorang wanita. Nggak bisa terlalu cuek dengan dirinya sendiri lagi. Saat di mana hal-hal baru mulai ditemui dan tentunya dengan tingkat komplikasi permasalahan yang semakin tinggi pula. Seperti kita ketahui, semakin tinggi derajat atau kedudukan seseorang, semakin besar pula permasalahan yang dihadapinya, bukan? Jadi seorang yang udah dewasa nggak lagi seharusnya mendapatkan masalah sama seperti yang didapatkan anak remaja. Kecuali... Orang tersebut nggak bertumbuh dan tetep pada pola pikir kekanakkanakannya. You get what I mean? :)

Menjadi dewasa itu nggak mudah, karena itu kita butuh belajar. It's gonna take your effort and a little bit time. Tapi nggak masalah, karena kalau kita lulus tes kedewasaan yang dikasih sama kehidupan, kita juga bakal jadi semakin baik kok. Dan, ah ya, satu hal yang perlu diingat dalam proses kedewasaan adalah tetep be yourself! Jangan biarin hidup dan pengaruh orang-orang di sekitarmu merenggut diri kamu yang sebenarnya. Begitupun saya. Kata siapa orang dewasa nggak boleh absurd? Yagak yagak yagak? :D


Jadi, kesimpulannya adalah: ayo, kita tegakkan ke-absurd-an di muka bumiiiih! *pake kostum power renjer*


Chat Absurdity: Titip Absen (SMS)



Orang yang menjadikan traktiran magnum sebagai ancaman itu c u r a n g. Njaluk dithuthuk.

Eh tapi yang penting dapet es krim. Because ice cream is life. Bye.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...