Ditulis Oktober 2014.
Cerita ini bermula dari sebuah percakapan di jejaring sosial dengan seorang teman satu jurusan saya yang kebetulan sudah wisuda dua bulan lalu dan kini sudah bekerja di salah satu kantor konsultan arsitek di Jakarta. Saat itu, selepas petang, kami berbincang mengenai banyak hal, mulai dari tugas akhir hingga cita-cita selepas lulus kuliah.
"Kamu rencana mau nyari kerja di kota A apa di kota B nanti, Nya?" tanyanya membuka percakapan serius tersebut.
"Abis wisuda aku kepingin langsung nyari beasiswa S2 sih rencananya."
"Woh, mantap. Kamu nggak mau kerja dulu aja? Siapa tau S2-nya bisa dibiayain perusahaan. Aku sih kerja dulu di Jakarta, Nya."
"Hahaha. Awalnya aku juga mikir gitu. Tapi mumpung lagi semangat-semangatnya nih. Toh kalau dapet beasiswa juga dibayarin, kan?" ujar saya tanpa ragu.
"Soalnya aku mau ambil S2 DKV prodi
graphic design atau
digital design, biar nanti bisa langsung kerja di
advertising atau semacamnya," tambah saya.
Menjadi seorang desainer visual sudah menjadi impian saya sejak lama. Bahkan ketika saya masih sekolah dulu, sering sekali saya menulis "komikus" atau "animator" sebagai cita-cita saya. Meskipun saat itu bahkan saya belum tahu benar seperti apa pekerjaan komikus dan animator.